10 Cara Menghadapi Siswa Yang Pembangkang Dan Sering Mangkir Sekolah

10 Cara Menghadapi Siswa yang Nakal dan Sering Bolos Sekolah


Prilaku menyimpang anak ( sumber foto : soalremaja.com )
Anak yaitu pecahan dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya insan yang merupakan potensi dan penerus impian usaha bangsa yang mempunyai kiprah strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan training santunan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang.

Sebagai insan yang berada di sebuah forum pendidikan, apalagi Sekolah Menegah Kejuruan yang notabene siswanya yaitu pria menghadapi siswa “nakal” yaitu hal yang biasa. Mulai dari siswa yang sering terlambat atau absen sekolah, tidak mengerjakan tugas/ PR, ribut di kelas, jajan ketika jam pelajaran, tidak sholat, dan masih banyak teladan “kenakalan” lain yang kerap dilakukan siswa. Hal-hal tersebut memang benar-benar menguji kesabaran kita. Dibutuhkan kesabaran dan keuletan tingkat tinggi.

Sebenarnya apakah benar ada anak diberi label “nakal”? Penulis sendiri tidak baiklah bila ada siswa yang dilabeli “nakal”. Apalagi tidak sedikit guru yang memberi label “nakal” apabila ia merasa tidak sanggup mengendalikan siswanya. Di sisilain ukuran “nakal” tiap guru berbeda-beda. Sebagian guru akan menganggap siswanya “nakal” bila siswanya tidak mengerjakan PR, guru lain beropini siswa yang sering bolos/ tidak masuk sekolah yaitu siswa yang “nakal”, sebagian lainnya menganggap siswa yang ribut ketika pembelajaran yaitu siswa yang “nakal”. 


Menurut saya tidak ada yang namanya siswa “nakal”, yang ada adalah;

  • Siswa yang krisis identitas. Perubahan biologis dan sosiologis pada diri cukup umur memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan siswa terjadi lantaran siswa gagal mencapai masa integrasi kedua.
  • Siswa yang mempunyai kontrol diri yang lemah. Siswa yang tidak sanggup mempelajari dan membedakan tingkah laris yang sanggup diterima dengan yang tidak sanggup diterima akan terseret pada sikap “nakal”. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laris tersebut, namun tidak sanggup menyebarkan kontrol diri untuk bertingkah laris sesuai dengan pengetahuannya.
  • Siswa yang kurang kasih sayang orang tua. Orang renta yang terlalu sibuk dengan pekerjaan mengakibatkan kurang perhatian kepada anaknya. Tidak mengenalkan dan mengajarkan norma-norma agama kepada anaknya. Akibatnya ia akan sering absen atau terlambat sekolah. Saat di sekolah ia akan berulah macam-macam untuk menerima perhatian dari orang lain, termasuk kepada gurunya.
  • Siswa yang kedua orang tuanya tidak harmois atau bahkan bercerai. Suasana di rumah yang tidak nyaman akan mengakibatkan anak tidak fokus ketika pelajaran. Kedua orang renta yang seharusnya melidungi dan memberi teladan yang baik justru menjadi akar permasalahan anaknya. 
  • Siswa yang menjadi “korban” dari saudara atau teman sepermainannya. Tipe anak menyerupai ini akan melaksanakan hal yang sama pada anak lainnya lantaran ia yaitu ‘korban’ dan berusaha untuk membalas dendam.
  • Siswa yang menerima tekanan dari orang tua. Tekanan ini sanggup berupa tuntutan orang renta yang terlalu tinggi akan prstasi anaknya di sekolah atau peraturan di rumah yang terlalu ketat/ mengekang. Akibatnya sanggup bermacam, siswa sanggup pendiam tapi juga sanggup “nakal” lantaran merasa ingin bebas.
  • Siswa yang mengalami kekerasan dalam lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya problem ekonomi. Siswa yang mengalami kekerasan di rumah, maka ketika di sekolah ia akan memperlihatkan sikap memberontak kepada gurunya atau bahkan melaksanakan kekersaan menyerupai apa yang ia alami.
  • Siswa yang salah bergaul. Lingkungan memang sangat memperlihatkan efek yang sangat besar terhadap perkembangan sikap siswa. Pergaulan yang kurang sempurna atau menyimpang salah sanggup mengakibatkan sikap yang menyimpang.
Itulah beberapa lantaran mengapa siswa berperilaku “nakal” ketika di sekolah. Saat kita tahu latar belakang problem perikau murid kita, tentunya kita akan merasa iba dan kasihan. Oleh lantaran itu mari kita sebagai pendidik mulai untuk menghentikan label negatif kepada siswa.
[ads-post]
Beberapa tips di bawah ini sanggup kita coba untuk mengatasi sikap siswa yang “nakal”, adalah:

  1. Berdo’a untuk anak terebut. Ucapkan namanya setiap kita berdo’a. Berharaplah apa yang kita minta akan dikabulkan Allah dan ketika kita menghadapinya Allah mengkaruniakan kesabaran pada diri kita. Yakinlah ia akan berubah, lantaran keyakinan itu yaitu doa. Dia niscaya berubah, entah itu besok, lusa, atau kapanpun.
  2. Carilah warta yang lengkap wacana siswa yang dianggap “nakal”. Tujuannya yaitu semoga kita lebih paham wacana latar belakanngya. Harapanya kita akan lebih sanggup bersabar dan pengertian dalam menangani perilakunya.
  3. Hentikan ucapan atau label “nakal” pada siswa tersebut. Kita tahu ucapan yaitu do’a. kalau kita mengucapakan kata nakal, secara tidak pribadi kita berdo’a semoga ia menjadi nakal. Katakanlah yang baik-baik untuknya, walau bagaimana pun sikap dan perkataannya.
  4. Panggilah ia ke runag BK atau masjid. Ajaklah ia berbicara empat mata dan dari hati ke hati. Tanyakanlah kepada siswa tersebut wacana harapannya, permasalahannya, atau lantaran ia berbuat “nakal”. Dengan hal ini kita jadi lebih tahu wacana dirinya dan permasalahan yang sedang ia hadapi. Pada akhirnya, berilah ia solusi, motivasi dan arahan.
  5. Latilah ia dengan rasa tanggung jawab. Hal ini sanggup dilakukan dengan kita memperlihatkan ia kepercayaan. Contoh: menjadi muadzin, mengumpulkan kas kelas, membantu kita merekap buku tabungan, atau dengan melibatkan ia dalam aktivitas OSIS dan ROIS (meskipun ia bukan penggurus OSIS dan ROIS). Hal ini akan menciptakan ia merasa diperlukan dan diperhatikan. Tujuan kesudahannya yaitu semoga ia tahu mana hak dan kewajibannya/ tanggung jawabnya sebagai siswa.
  6. Apabila siswa tersebut berbuat “nakal”. Maka, tergurlah dengan pelan-pelan dan jangan dibentak atau dimarahi. Karena siswa tipe menyerupai ini tidak akan berubah bila dimarahi. Mereka butuh didekati, diperhatikan, dan diajak berdiskusi, serta berilah mereka motivasi semoga sanggup bermetamorfosis lebih baik. Katakan pada mereka “saya yakin kau sanggup lebih baik lagi dari kau yang sekarang”. “saya akan merasa besar hati bila kau sanggup lebih baik dari kau yang sekarang”.
  7. Apabila siswa tersebut berbuat “nakal”. janganlah diberikan eksekusi fisik, menyerupai push up, set up, atau jalan jongkok. karena, hal ini justru akan mengakibatkan rasa dendam dan jiwa melawan/ membangkang pada siswa. Tapi berikanlah ia eksekusi menyerupai sholat dhuaha atau membaca Al-Qur'an.
  8. Buatlah perjanjian bila siswa tersebut berbuat “nakal”. Rekamlah dengan HP dan suruhlah ia mengucapkan kesepakatan semoga tidak mengulangi perbuatannya. Bila ia mengulangi lagi, panggillah siswa tersebut dan putarlah rekamannya.
  9. Berilah ia pilihan. Berbuat baik konsekuensinya baik atau berbuat “buruk” konsekuensinya buruk.
  10. Bila siswa tersebut berbuat baik. Maka, pujilah dia. Pujian kita akan mebuat ia merasa bahwa usahanya dihargai dan diperhatikan oleh orang lain.

Itulah sedikit tips dari penulis. Semoga sanggup memperlihatkan manfaat. Prinsipnya yaitu tidak ada siswa yang “nakal”. Yang ada yaitu siswa kurang perhatian dan salah bergaul. Percayalah mereka sanggup berubah. Perubahan itu akan sanggup terjadi bila dimulai dengan taktik dengan memakai pendekatan hati. Bisa melalui tangan kita, atau mungkin tangan orang lain. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.

ditulis Oleh: Arif Luqman Nadhirin
Sumber artikel */

Sumber foto */


Video menarik untuk di Tonton




Related Posts